
Maige, Videoge!
Sudah pernah dimuat dalam buletin Maigezine, Edisi 2 (Oktober 2019) dalam rangka produksi video cerita “Menjejali Kantong Kosong”
Aku percaya bahwa setiap kita adalah penting dan unik dalam memandang dunia.
Bersama kreator video, Andri Sugara. Dia teman yang lebih muda, hanya berbeda enam tahun dari saya. Pekan akhir Agustus kami berkunjung ke tempat di mana sempat dirinya bersekolah dulu, Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Labuan Bajo.
Sebetulnya keperluan kami ke sekolah ini dalam rangka pengambilan gambar-gambar pendukung, menangkap footage dari projek interview tim kami dengan seorang guru di sana, juga adalah teman masa kecilku, Zulkifli Madide. Sehari-hari kami memanggilnya Zul untuk sapaan akrab.
Tim yang saya maksudkan ialah Tim Videoge, sebuah proyek audio-visual untuk menangkap pengalaman siapa saja yang mungkin berarti bagi orang lain, setidaknya, daripada bagi kami sendiri.
‘Videoge’ hanya sebuah ide lama yang menahun, namun sementara dicobakan tiga bulan belakangan sejak catatan ini saya tulis, 27 Agustus. Yang menginsipirasi ini agaknya menjadi dorongan yakni dari kosakata “mai ge”. Adalah Bahasa Manggarai yang memiliki arti ‘mari’, ‘ayo’ atau serupa itu. Namun kosakata ini tampkanya bermakna ‘ajakan’. Agaknya menjadi ucapan sehari-hari yang mengandung nilai kebersamaan atau gotongroyong yang ditandai dengan ucapan yang acapkali dengan amat sopan, dalam praktiknya, hanya saat mengajak kepada siapa selain dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu aktivitas bersama-sama. Cara pikir ini juga coba disematkan dalam penamaan buletin ini, satu saluran produksi tulisan yang dimuat oleh Videoge.
Sebagai makna yang ditancapkan dalam praktik keproduksian ini, sematan kosakata itu kiranya menjadi inspirasi bagi kita untuk bergerak dan mendokumentasikan secuil kisah-kisah atau pengalaman setiap personal dalam memandang kehidupan sehari-hari. Sebagaimana yang dicobakan dalam kunjungan tim ini ke SMKN 1 Labuan Bajo.
Sehari sebelum kedatangan tim kami telah mengonfirmasi melalui Zul. Lantaran dia yang sehari-hari mengajar di sekolah ini. Serta merta kami hanya mengganggap kesempatan bertemu Pak Kepala Sekolah mungkin lebih sering. Cara itu rupanya bisa diterima, meskipun tanpa melalui jalur administrasi.
Untungnya, sekolah ini tampak menerima kedatangan kami dan sempat membuka obrolan hangat besama satu guru dan kepala laboratorium satu bidang studi di sana. Kami mungkin hanya beruntung dengan pertemuan yang menyenangkan ini.
Zul sahabat yang kemudian membantu membawa kami memperkenalkan aktivitas dia mengajar untuk kami dokumentasikan. Padahal, dia tetaplah seorang guru yang saya hormati. Kami memang banyak beririsan dipergaulan sehari-hari, namun acapkali bekerja dan belajar dalam komunitas yang dibentuk bersama.
Selain dia mengajar, dalam waktunya yang lain, bersama kawanan Komunitas Unusually, ia urun menggarap beberapa film pendek. Produksi terbaru berjudul “Labuh” yang ditulisnya sendiri. Ini pula yang menjadi satu alasan Tim Videoge berkunjung untuk merekam proses belajar dan mengajarnya di ruangan kelas bersama muridnya.
Diluar dari itu semua, Videoge mungkin sebagai ajang belajar ketimbang bekerja dalam keproduksian audio-visual, sinema atau serupa itu dengan bergembira. Hanya, mungkin yang membawa kami terus belajar dan bekerja adalah setiap kita yang mungkin tahu betul bahwa Anda adalah penting dan unik dalam memandang dunia. Daripada itu, bolehkah kami merekamnya, mungkin Anda salah satunya?