Rilisan Terbaru

Kolektif Videoge

merupakan ruang mandiri yang mengutamakan praktik kolektif dan laboratorium kreativitas dalam produksi pengetahuan; penciptaan karya, pagelaran dan kewirausahaan bersama.

Email
kolektifvideoge@gmail.com

Alamat
Jalan Soekarno Hatta
Tanjung Laiba, Kampung Tengah
Labuan Bajo, Manggarai Barat
Flores, Nusa Tenggara Timur
Indonesia 86763

Ikuti Sosial Media & Subscribe

Maigezine

  /  Cerita   /  Keluarga Baru dan Hal-Hal Menyenangkan di Pesiar III

Keluarga Baru dan Hal-Hal Menyenangkan di Pesiar III

Satu kata yang paling tepat menggambarkan perjalanan dan suasana #Pesiar3: menyenangkan!

Hampir tiga bulan lebih berpuasa melihat laut, tidak ke pantai, tidak bisa khidmat menikmati matahari terbenam sebagaimana yang seharusnya—tidak ada sebenar-benarnya matahari terbenam di Ruteng, apalagi pantai.

Berita tentang #Pesiar3 membuat kami merasa seperti ikan kuah asam ketemu nasi putih hangat, mesti segera dilahap sampai tandas. Sebelumnya, di tahun 2019, kabar tentang kegiatan ini pernah lalu lalang di beranda media sosial. Salah seorang teman sempat memostingnya. Sebut saja namanya Om Boe. Kala itu, dengan kesibukan yang menyita hampir seluruh waktu, termasuk waktu untuk bermain dan bersenang-senang, maka merelakan kegiatan ini hanya sebagai angan-angan adalah satu-satunya pilihan.

Tahun ini, kesempatan tersebut muncul lagi. Masih dari unggahan-unggahan yang muncul di beranda media sosial, seorang kawan—beda orang kali ini—mengunggah materi promo tiket #pesiar3. Saya spontan memeriksa jadwal akhir pekan yang, puji tuhan kali ini seperti tersenyum manis sekali. Saya kemudian mengirimkan pesan, menanyakan ini dan itu, lalu kawan yang baik itu meneruskannya kepada admin @pesiarlagi. Admin yang tidak kalah baik hati dan senang membantu ini kemudian memberikan penjelasan singkat, sekaligus memproses pemesanan tiket kami.

Proses Mudah, All Inclusive Ticket
Prosesnya tidak rumit. Adminnya sabar menjawab banyak pertanyaan (maklum, ini calon peserta sangat gandrung pada hal detil). Harga tiketnya pun sangat karib terhadap kantong orang-orang yang tengah berjuang menaklukan dunia—seperti saya ini #Ehei.

Di #Pesiar3, tiket dibandrol dengan harga 150K/orang, sudah termasuk biaya penyeberangan bolakbalik ke pulau, menikmati sarabba, ubi rebus, dan matahari yang tenggelam di atas kafe terapung. Tak lupa untuk tenda bermalam, juga makan malam seru bersama rombongan dengan menu menggugah selera dari Koki Citra (ikan bakar dan sambal minta tambah).

Selain itu, entah kenapa di #Pesiar3 stok kopi tak kunjung habis. Biar ko bolakbalik putar supaya mata tetap terbuka melihat bulan bulat yang serupa lampu pijar di atas kepala, kopi akan selalu menyertai. Sarapan paginya roti manis dengan pemandangan pulau dan air laut yang bening sekali, seolah-olah minta dimasuki segera. Byur!

Keluarga Baru
Semua “kemewahan” di atas membuat perjalanan delapan jam pergi-pulang dari Ruteng ke Labuan Bajo dan sebaliknya dengan mengendarai sepeda motor menjadi tidak ada artinya. Yes, kami ke Labuan Bajo dengan sepeda motor yang hanya menghabiskan dua ratus ribu rupiah untuk mengisi bahan bakar.

“Kemewahan” lain yang tidak pernah dijanjikan penyelenggara tetapi akan kita jumpai di #PesiarLagi: kehangatan (bukan berada di dalam selimut rame-rame hahaha). Sebagai peserta yang baru pertama kali bergabung, terkadang rasa canggung membuat kita membeku di tengah keramaian. Kendala yang harus diatasi ketika bertemu orang-orang yang telah lebih dahulu saling mengenal dan tahu bagaimana membikin nyaman satu sama lain. Di #Pesiar3, kecanggungan itu meleleh. Cepat sekali. Thanks God, ada Baco alias Syahrul alias apalagi terserah dia sudah hahahahaha dan kawan-kawan lain yang benar-benar memperlakukan satu sama lain seperti keluarga.

Kami berangkat ke Labuan Bajo pada tanggal 3 Juli 2020 setelah jam kerja selesai. Di Labuan Bajo kami bermalam di rumah salah seorang teman. Siang hari 4 Juli 2020, kira-kira pukul 14.00 wita, sesuai instruksi admin, kami menuju Jembatan Pink, titik bertemu para peserta. Di sini kami berkenalan nama dahulu. Kami sisakan sesi perkenalan lebih jauh untuk malam nanti. Saat bersantai dan berbagi cerita sanggup membuat kami semua lupa waktu.

Rombongan piknik bersantai di kafe terapung perahu Blue Eyes.

Sekitar pukul 15.00 wita kami menyebrang ke Pulau Sture menggunakan kapal Blue Eyes Floating Cafe. Di atas kapal ini, masing-masing peserta mulai bersenda gurau. Berkaraoke, berfoto bersama, menikmati matahari terbenam sembari menenggak sarabba—minuman khas Makassar yang enak sekali—dari gelas masing-masing.

Pukul 18.00 wita setelah mekar matahari usai dan mulai tenggelam, kami melompat satu per satu dari sekoci menuju daratan. Dari balik bukit, bulan perlahan naik dan api unggun sudah menyala. Duduk melingkar ditemani gelas kopi masing-masing, usai makan malam yang sedap sekali, kami mulai mengorek kisah satu sama lain. Di sesi ini, kami jadi tahu, kawan-kawan peserta #Pesiar3 datang dari berbagai macam latar belakang. Ada perawat, pegawai kantoran, fotografer, tukang kayu, videografer, awak perahu wisata, pengelola agen perjalanan wisata, musisi, koki, tukang tato dan lain sebagainya. Semua berkumpul di #Pesiar3 untuk bersenang-senang. Obrolan-obrolan mengalir begitu saja, berjam-jam sampai lupa tidur. Kami tidak menyangka akan bertemu orang-orang azmat dan menyenangkan di sini.

Sesi Bermalam-Malasan di Pesiar #3 (Foto: Yus Juliadi)

Dari obrolan tengah malam ini juga, saya akhirnya bertemu dua orang kawan lama dari Aan Mansyur. Mantan Mahasiswa jebolan Makassar, Bondan NM juga Aden Firman. Dan kom tahu toh kalau manusia-manusia satu frekuensi su bertemu, seluruh dunia ini akan dibahas hingga ke akar-akarnya, termasuk literasi! Ngalor-ngidul yang berkualitas sekali—bagi saya pribadi.

Harapannya, gagasan-gagasan bernas, serta pemikiran-pemikiran luar biasa yang telah dibahas semalaman yang ditingkahi kelakar dan tawa, tidak lupa, petikan gitar yang mengiringi nyanyian-nyanyian malam sementara lidah api menyala-nyala diikuti derak kayu yang perlahan menjadi abu di pembakaran, tidak menguap begitu saja, dibawa pergi angin laut hingga tak berbekas. Suatu ketika, ia akan menemukan jalannya sendiri, bermuara dengan sebaik-baiknya di tempat yang seharusnya.

Werewolf Game dan Buatan Tangan
Sesi menarik lainnya di #PesiarLagi: permainan. Selain obrolan, ada dua sesi permainan yang bikin kami semua lupa waktu di #Pesiar3. Malam hari setelah selesai mengorek kehidupan satu sama lain hahahai, kami lanjutkan dengan bermain.

Werewolf Game: sumpah, ini permainan yang membuat kita justru merasa sedang dipermainkan. Semua orang yang ikut bermain adalah musuh yang patut dicurigai. Untung kaka Kadal yang bertindak sebagai moderator, panjang sabar dan pandai melerai. Dari permainan ini, saya kemudian belajar bahwa, menghabiskan waktu dengan berdebat dan saling menuduh, ternyata tidak seburuk yang kita pikirkan. Peringatan: kesimpulan ini hanya berlaku bagi yang paham saja hahahaha. 

Re-kreasi di Sesi Buatan Tangan, #Pesiar3. (Dok. Tim Pesiar)

Kompetisi lain yang tidak kalah garangnya adalah sesi Buatan Tangan. Ini kesempatan di mana masing-masing peserta yang telah tergabung dalam beberapa kelompok memamerkan kreativitas dan keterampilannya menghasilkan karya dari barang-barang yang bertebaran di sekitar mereka, termasuk sampah. Saya tergabung dalam satu kelompok bersama dua peserta lainnya, Enggar dan Afi. Kami menghasilkan satu bangunan pasir yang kemudian kami namakan Rumah Kue. Ketika ditanya, kenapa rumah dan kenapa kue? Yang kami tahu rumah itu adalah tempat kita pulang, dan ketika menjumpai kue buatan ibu di atas meja ketika pulang ke rumah, tidak ada hal lain yang bisa kita gambarkan selain kebahagiaan.

Satu hari satu pulau rasanya begitu sekejap. Pagi, 5 Juli 2020 sekitar pukul 11.00 wita, dari Pulau Sture kami menyeberang kembali ke Labuan Bajo. Tanggal 6 Juli 2020, kami kembali ke Ruteng. Memikul cerita dan kenangan dari akhir pekan yang luar biasa. Kapan tempo jika tak ada halangan, kami berharap dapat jumpa lagi dengan kawan-kawan di @pesiarlagi. []

Salam dari Ruteng,
Maria Pankratia
About The Author

saluran publikasi sekaligus produksi pengetahuan dalam seri terbitan audio-visual, zine, katalog dan lain sebagainya dengan cara merayakan gagasan dan praktiknya secara kolektif.

Post a Comment

You don't have permission to register
%d blogger menyukai ini: