
Liga Lampu Merah: Arena “Hooligan” Santun
Sebenarnya ini serius. Pada setiap pertandingan yang dilakoni, ada harga diri yang dipertaruhkan di situ. Berupayalah untuk tidak kalah karena jika sampai terjadi, seolah selalu ada meriam bambu yang meletup sampai liga selesai. Tidak mematikan, tapi seolah bikin pekak telinga. Maka selain memiliki kemapuan teknik yang baik, kamu juga dituntut untuk punya manajemen perasaan yang sama baiknya.
Seperti halnya pertandingan sesungguhnya, selalu ada adrenalin yang tinggi bagi para pengendali permainan. Perlu strategi yang tepat dalam menyiasati pertandingan, mulai dari formasi pergerakan, jarak antar pemain, hingga mengatur serangan dan bertahan.
Pola permainan juga bergantung pada kondisi fisik pemain. Memilih untuk memainkan pemain harus penuh dengan perhitungan yang tepat. Tidak hanya kehebatan jari dan otak, tapi juga siapa yang punya suara mulut paling ribut. Serangan mental dimulai sebelum pertandingan, saat bermain, hingga permainan selesai.
Sabtu sore yang luang, kami mampat di sebuah rumah seorang kawan di pojokan lampu merah. Di lantai dua ruang keluarga untuk adu tangkas. Sebut saja Langka Kabe Arena—nama lingkungan lokasi rumah tersebut. Di sanalah pertandingan liga diselenggarakan.
Sejatinya, kami sudah punya tim favorit masing-masing. Hampir semuanya menggunakan tim top liga-liga Eropa. Inggris, Spanyol, Italy, Jerman dan Prancis. Meskipun menganut fanatisme kepada tim tertentu, kadang kami memilih untuk tidak memakai tim tersebut karena secara teknik belum terlalu dikuasai. Bermain menggunakan tim favorit dan sampai kalah, itu jauh lebih menyedihkan, saudara-saudara sekalian. Bersiaplah menguatkan jiwa dan hatimu.
Ada banyak faktor untuk bisa memenangkan pertandingan. Kemampuan menggocek bola adalah salah satunya. Berupaya melewati pemain bertahan lawan untuk mencetak gol. Teknik gocek dan public speaking adalah kombinasi paling mutakhir untuk mengkerdilkan mental lawan. Namun gocekan yang berhasil dipatahkan bisa saja menjadi bumerang.
Walaupun kami teman setongkrongan yang sering menghabiskan waktu bersama, fanatisme terhadap tim favorit tetap tidak memiliki nilai tawar. Liga Lampu Merah semacam ruang aktualisasinya. Maka sesungguhnya, praktik hooliganisme terjadi dan tak bisa dihindari.
Dalam konteks sepak bola, hooliganisme dianggap sebagai tindakan negatif karena fanatisme yang berlebihan. Ia akan berontak ketika terjadi sesuatu yang menggangu atau sebaliknya, ia yang memulai terjadinya kekacauan. Perkelahian, pengrusakan, vanadalisme adalah ragam bentuk hooliganisme.
Di Indonesia sendiri sering sekali kita lihat praktik ini. Biasanya ketika tim kesayangannya kalah, apalagi kalah di kandang sendiri, para hooligan akan merespons keadaan itu. Bisa terjadi di dalam arena ataupun di luar pertandingan.
Dalam perhelatan Liga Lampu Merah pun praktik hooliganisme terjadi namun dalam bentuk yang lebih santun. Biasanya, cara yang dipakai adalah cara yang sifatnya humor atau lucu, baik itu dalam bentuk verbal maupun tindakan. Walaupun humor tapi tetap saja sasaran tembaknya adalah mental. Karena kemenangan adalah gol-nya. Bukan gol adalah kemenangannya sebab terkadang kita sudah mencetak gol tapi tidak membawa kemenangan karena lawan kita mencetak gol lebih banyak—dalam pertandingan yang lain.
Yang paling sering dilakukan adalah memberi predikat baru kepada pemain atau tim. Selalu mencari dan menemukan diksi unik dan lucu untuk disematkan. Perumpamaan aneh yang muncul dari verbal tak jarang membuat kami semua tertawa cekikikan satu sama lain. Banyak sekali diksi atau simile sebenarnya yang lahir ketika Liga Lampu Merah diselenggarakan.
Vandalisme dalam permainan ini dipindahkan ke dalam group aplikasi Whatsapp yang tentu saja semua ditumpahkan dalam bentuk humor dan kaya perumpamaan. Para “hooligan” saling respons satu sama lain sembari tertawa lepas. Tidak diperlukan tidakan preventif karena konten verbal sudah memiliki filter otomatisnya sendiri.
Dalam konteks ini, prinsip praktik hooliganisme adalah menertawakan holigan itu sendiri. Teatrikal perkelahian yang dilakonkan misalnya atau ekspresi konyol yang ditampilkan seusai mencetak gol dan memenangkan pertandingan adalah respons sindiran terhadap tindakannya.
Jika kamu “hooligan”, dan senang bermain Playstation 4, datanglah bergabung. Bawa selera humormu sebanyak-banyaknya sebab permainan ini berupaya berkeliat dari hujatan dan kebencian karena itu adalah perbuatan setan yang terkutuk. Percayalah!