Rilisan Terbaru

Kolektif Videoge

merupakan ruang mandiri yang mengutamakan praktik kolektif dan laboratorium kreativitas dalam produksi pengetahuan; penciptaan karya, pagelaran dan kewirausahaan bersama.

Email
kolektifvideoge@gmail.com

Alamat
Jalan Soekarno Hatta
Tanjung Laiba, Kampung Tengah
Labuan Bajo, Manggarai Barat
Flores, Nusa Tenggara Timur
Indonesia 86763

Ikuti Sosial Media & Subscribe

Maigezine

  /  Artikel   /  Semacam Pameran, Menuruti Cita-Cita Seni!

Semacam Pameran, Menuruti Cita-Cita Seni!

“Saya ingin menjadi seniman yang dikenal di Labuan Bajo,” respons Fatma saat saya menanyakan pendapatnya tentang pameran kecil-kecilan ini. Ia bersama dengan Anggi. Dua kawan muda yang saya kenal di sosial media dan belum pernah bertemu langsung sebelumnya.

Setelah saya menghubungi keduanya pada penghujung 2020 via akun Instagram mereka, rupanya karya-karya tangannya bersedia pula mereka pamerkan dalam Semacam Pameran ini. Dalam rangka merayakan syukuran dan peluncuran Bawakolong sebagai space to grow. Dirintis guna dapat dimanfaatkan untuk ruangan yang dapat diisi sebagai tempat bekerja bersama dalam bidang kreativitas, seni lintas disiplin dan media, serta giat kewirausahaan bersama dalam bentuk tempat nongkrong, diskusi, bikin kegiatan seperti berpameran dan menonton bersama, galeri, perpustakaan kecil, sekaligus sebagai warung atau etalase untuk produk multimedia, perentalan alat memancing, jasa wisata komodo, hingga makan dan minum sambil baca buku.

Sayangnya augmented reality artwork dari videoge tak dapat ditampilkan sebab hanya kendala teknis. Jelang kegiatan, laptop yang berisi proyeksi ‘seni realitas tambahan’ ini lenyap bersama perangkat komputer yang mengalami kerusakan. Akhirnya hanya menampilkan karya Fatma dan Anggi.

Empat buah karya mereka yang disuguhi itu memang datang melalui tawaran tema utama kegiatan ini yakni antara ‘kekeluargaan’, ‘pertetanggaan’ atau bertajuk ‘pertemanan’, meskipun diskusi kami membuka kebebasan mereka sendiri untuk mengeksplorasi apa topik dan percobaan presentasi ide dalam karyanya.

Dari tiga kata kunci di atas, lantas Fatma ingin menampilkan line art yang karyanya terinspirasi dari cerita keluarganya sendiri yang berjudul “Sama-sama Terus”. Juga kisah pasangan yang digambarkannya sedang berbulan madu dan berlibur di bawah laut. Meski itu hanyalah kisah dari hasil khayalannya sendiri yang dia beri judul “Berswafoto dengan Manta Labuan Bajo”.

Sementara “Cinta Diri”  adalah tiruan gambar sosok perempuan yang mendobrak stereotipe standar kecantikan mainstream di sebuah sampul majalah gaya hidup dan mode ternama yang banyak menyoroti keberagaman. Hingga mengimajinasikan kepala musisi dengan hanya memberinya judul yang jujur, hanya “Bermusik”.

Sedang Anggi dengan tujuh buah karya yang digambarnya melalui layar telepon genggam. Mulanya bertujuan sebagai ilustrasi untuk mewakili setiap mata acara ini. Dua karya pilihannya itu dapat juga dipajang. Adalah tema yang menautkan perihal ‘kreasi’ dan ‘usaha bersama’ yang berjudul “Bernyayi Bersama Keluarga” dan “Bekerja Bersama-Sama”—sekalipun nilai yang terkandung itu dapat diterapkan dalam segi kehidupan apa saja.

“Pengalaman pertama saya mengikuti pameran. Awalnya saya bingung harus merespons apa. Tetapi setelah tahu maksudnya adalah ingin berkolaborasi, saya langsung mengiyakan. Saya senang diajak. Saya jadi bisa menunjukkan kemampuan saya di luar akademis. Walaupun ada kendala saat memahami konsep ilustrasi, tapi itu menjadi pengalaman dan pelajaran untuk saya ke depannya. Selanjutnya bisa menyampaikan pesan melalui gambar dengan lebih baik,” tanggap Anggi.

Semacam Pameran: Gambar Tangan dan Seni Realitas Tambahan ini meletakkan karya-karya mereka meski bersama produk kreasi dan benda-benda usaha seperti perentalan, grafika dalam baju, dan buku namun sebagai bagian-bagian dari upaya yang kami yakini dapat berkembang dengan modal praktik kolektif dan potensi yang justru dapat dimulai dalam jalin pertemanan. Atau mungkin dalam jangkauan yang lebih lebar demi memicu cita-cita seni di kota ini, tapi justru dapat dimulai dari hal-hal yang biasa, kecil-kecilan atau yang ada dulu.

Kami menyadari pameran ini merupakan praktik uji coba yang kesekian kali. Paling tidak mewujudkan praktik kolektif seni itu berkembang bagi seniman atau kreator dan tumbuh bersama dengan beragam pihak. Tapi ada syaratnya: kemauan!

 

Aden Firman
Waenahi, Januari 2021

About The Author

saluran publikasi sekaligus produksi pengetahuan dalam seri terbitan audio-visual, zine, katalog dan lain sebagainya dengan cara merayakan gagasan dan praktiknya secara kolektif.

Post a Comment

You don't have permission to register
%d blogger menyukai ini: